TANGGUNG RENTENG

Dengan System Tanggung Renteng marilah kita tingkatkan kemakmuran dan Kesejahteraan Rakyat

Kamis, 14 Juni 2007

Dinamika Kelompok

Disiplin Hadir Meski Rumah Jauh
Dikirim pada hari Senin, 6 Nop 2006 12:18 WIB
Versi cetak Cetak Kirim ke teman Kirim ke teman
Dikutip dari : www.setiabhaktiwanita.com


Sampai 1989 anggota kelompok 85 yang berada di Putro Agung telah mencapai 75 orang. Sejak itulah pecah kelompok diakukan hingga 4 kali. Dan salah satunya kemudian menjadi kelompok 332 dengan anggota awal 11 orang. Mereka berasal dari sekitar Karang Asem dan Pacar Kembang. Dengan demikian kelompok ini bolehlah dikatakan sebagai kelompok senior.
Tapi jangan kaget bila tidak banyak anggota dikelompok ini yang tahu dan ikut merasakan bagaimana Kopwan SBW semasa berkantor di Jl. Panglima Sudirman. Pasalnya dari 11 anggota awal, ternyata kini hanya tersisa 4 orang. Bahkan kini yang bertempat tinggal di Karang Asem dan Pacar Kembang hanya tersisa 5 orang dari 46 anggota. Justru kebanyakan mereka berasal dari Sidoarjo, Rewin, Tropodo, Benowo bahkan ada yang dari Gersik.
“Awalnya dari 11 anggota itu mengajak saudaranya untuk jadi anggota SBW. Walaupun mereka itu tidak tinggal di Karang Asem maupun di Pacar Kembang. Kemudian dari saudara – saudara itu mengajak tetangganya untuk ikut. Makanya anggota kelompok 332 ini rumahnya jauh-jauh. Kita pernah menyarankan agar mereka bergabung saja pada kelompok didekat tempat tinggalnya, namun mereka tidak mau,” ungkap Ibu Hermanu, salah satu pendiri kelompok 332 yang juga mantan PJ.
Sudah terlanjur akrab, itulah alasan mereka untuk tidak mau pindah kelompok. Seperti yang diungkapkan Ibu Hadi, saudara Ibu Hermanu yang bertempat tinggal di Rewin. Walaupun untuk menghadiri pertemuan kelompok, Ibu Hadi harus mengeluarkan uang transport cukup besar. “Di Rewin ini ada 5 anggota. Dulu kita biasa urunan Rp 6 000,- untuk naik taksi. Tapi setelah tarif taksi naik, kita urunan beli bensin untuk anggota yang membawa mobil. Tapi kalau anggota yang punya mobil ini tidak hadir, ya...kita urunan bensin untuk naik sepeda motor berboncengan. Lumayan lah... lebih irit,” tukasnya.
Walaupun anggota kelompok 332 tempat tinggalnya jauh, tapi mereka cukup disiplin menghadiri pertemuan kelompok yang diadakan di Pacar Kembang V D. Hal ini bisa dilihat dari tingkat kehadiran anggota yang rata-rata 70 %. Seperti pada pertemuan Juni lalu, yang dihadiri 35 orang dari 46 anggota. Tingkat kehadiran ini tentunya ditunjang dengan adanya aturan kelompok yang menyebutkan, anggota yang tidak hadir 3 kali berturut-turut maka SPP-nya ditunda.
Terkait dengan SPP, dikelompok ini juga membuat ketentuan, mereka yang mengajukan harus datang lebih pagi. Bila tidak, maka SPP-nya juga akan ditunda bulan berikutnya. Kesepakatan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses penghitungan plafon kelompok dan besarnya pinjaman yang diajukan. Ternyata hal ini juga sangat membantu proses musyawarah SPP manakala plafon kelompok tidak mencukupi.
Apalagi pada beberapa bulan terakhir, kelompok 332 mengalami kekuranga plafon. Sebetulnya untuk meningkatkan plafon juga telah dilakukan penambahan simpanan wajib. Tapi kekurangan plafon masih juga terjadi. Karena pinjaman anggota banyak yang sudah sampai batas maksimal yaitu Rp 10 juta. Itulah sebabnya kemudian muncul lagi kesepakatan agar kekurangan plafon dibagi rata. Seperti pada pertemuan kali ini dimana masing-masing anggota yang mengajukan SPP dikurangi Rp 500 ribu.
Tidak cukup hanya itu, pada pertemuan kelompok Juni lalu muncul lagi aturan dimana potong pinjaman tidak boleh lebih dari 30 %.”Setiap bulan nampaknya kita selalu kekurangan plafon.. Untuk mengatasi masalah plafon ini saya usul agar yang PP tidak lebih dari 30 %. Tapi jangan untuk mengejar 30 % itu lalu angsurannya lebih dari 2. Ini supaya yang SPP tidak barengan sehingga plafonnya bisa cukup,” tandas Ibu Nasasi, PJ I kelompok 332.
Usulan PJ I ini nampaknya juga tidak begitu saja diterima anggota. Diantaranya ada yang beralasan bahwa kebutuhan bisa muncul ditengah jalan. Ketika angsuran baru berjalan 50 % ternyata sudah butuh dana. “Nek nuruti kebutuhan gak onok marine. Jadi kebutuhan itu juga harus dilihat penting tidaknya. Selain itu juga harus dihitung kemampuannya. Saya sebagai PJ ini juga selalu deg-degan, karena pinjaman kita juga sudah get-getan. Mangkakno bu musywarahnya ojok asal setuju. Karena nanti kalau terjadi TR juga besar,” tukas Ibu Nasasi menanggapi.
Memang anggota kelompok 332 cukup dinamis dalam bermusyawarah. Tidak hanya saat musyawarah SPP tapi juga ketika membuat aturan kelompok. Anggota juga aktif bertanya tentang berbagai kegiatan yang ada di koperasi terutama yang telah diikuti oleh PJ atau anggota yang mewakili. Seperti pada pertemuan Juni lalu, anggotan menanyakan berbagai kegiatan HUT, pelatihan ketrampilan hingga temu wicara. Kendati yang berani bersuara masih terbatas beberapa anggota. Tentunya kedepan diharapkan semua anggota kelompok ini bisa aktif dalam bermusyawarah.
Sedang dari sisi administrasi , kelompok 332 juga cukup rapi. Setiap anggota yang datang langsung disodori daftar hadir. Setelah itu mengambil kartu biru dan kitir tagihan yang sudah dikemas dalam satu wadah plastik. Baru setalah itu anggota menuju ruang sebelah. Disana PJ I telah menunggu anggota yang akan membayar kewajibannya. Tapi tak lupa anggotapun harus mengisi kartu birunya. Dari situlah akan bisa diketahui siapa saja anggota yang belum menyelesaikan kewajibannya. Karena setiap anggota yang telah membayar kewajiban maka kitirnya sudah diambil. (gt)

Tidak ada komentar: